Penurunan Harga Karena Daya Beli Warga yang Menurun

Penurunan Harga Karena Daya Beli Warga yang Menurun

Sejak beberapa bulan terakhir, kalangan pengusaha ritel yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengalami penurunan drastis dalam penjualan toko-toko ritel. Hal ini disebabkan oleh turunnya minat pembeli untuk berbelanja, sehingga membuat penjualan barang turun harga. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat angka deflasi lima bulan berturut-turut.

Penyebab Deflasi dalam Penjualan Ritel

Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey, menjelaskan bahwa penurunan penjualan ritel disebabkan oleh turunnya produktivitas atau basket size dari konsumen. Dengan turunnya minat belanja konsumen, para pelaku usaha ritel berupaya untuk menyesuaikan harga barang dengan mengecilkan kemasan, sehingga harga jualnya pun ikut turun. Hal ini lah yang akhirnya membuat terjadinya deflasi.

Roy juga membantah pernyataan pemerintah yang menyatakan bahwa deflasi disebabkan oleh pasokan barang pangan yang meningkat. Menurutnya, yang sebenarnya terjadi adalah turunnya daya beli masyarakat yang membuat mereka berusaha menekan harga barang melalui penyesuaian kemasan.

Dampak Deflasi pada Penjualan Ritel

Data penjualan toko ritel di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menunjukkan adanya penurunan rata-rata 5%-6% per kuartal III-2024. Namun, di wilayah di luar Jawa masih terdapat pertumbuhan penjualan sekitar 3%-4% pada kuartal yang sama.

Roy juga mengungkapkan bahwa di Jakarta, beberapa toko ritel bahkan mengalami penurunan yang signifikan. Namun, di wilayah di luar Jawa masih terdapat toko yang mencatat pertumbuhan penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa dampak deflasi tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.

Perkiraan Akhir Deflasi

Roy memperkirakan bahwa angka deflasi akan berakhir pada bulan ini, mengingat akan adanya Pilkada serentak dan perayaan Natal serta Tahun Baru 2025. Hal ini akan membuat permintaan sembako meningkat, sehingga pasokan di tingkat ritel akan terbatas dan harga jualnya akan naik.

Ia juga menegaskan bahwa momen Pilkada akan membuat pasokan sembako berkurang, sehingga harga akan cenderung naik. Oleh karena itu, ia memperkirakan bahwa bulan depan akan terjadi inflasi meskipun tidak secara drastis.

Kesimpulan

Dari penjelasan Roy Nicholas Mandey, terlihat bahwa kondisi deflasi dalam penjualan ritel tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pasokan barang pangan saja, melainkan juga oleh turunnya daya beli konsumen. Dengan adanya upaya untuk menyesuaikan harga barang dengan mengecilkan kemasan, maka terjadilah deflasi dalam beberapa bulan terakhir.

Diharapkan dengan adanya momen Pilkada dan perayaan Natal serta Tahun Baru, kondisi penjualan ritel akan kembali membaik dan mengalami inflasi. Hal ini tentu menjadi harapan bagi para pelaku usaha ritel untuk kembali meraih keuntungan dan pertumbuhan yang positif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *