Bank Tabungan Negara (BTN) mencatat laba bersih sebesar Rp2,08 triliun per September 2024. Laba tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 11,9% secara tahunan (yoy) menjadi Rp356,1 triliun. Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyatakan bahwa pencapaian tersebut masih di atas pertumbuhan rata-rata kredit industri perbankan nasional yang mencapai 10,9% yoy.
Pertumbuhan kredit BTN didorong oleh permintaan yang meningkat di Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terutama KPR Subsidi. Saat ini, masih terdapat 24,6 juta rumah yang tidak layak huni di Indonesia, dengan backlog kepemilikan rumah nasional mencapai 9,9 juta. KPR Subsidi masih menjadi kontributor terbesar terhadap portofolio kredit BTN, dengan jumlah penyaluran mencapai Rp172,7 triliun per September 2024.
Selain KPR Subsidi, BTN juga melihat prospek cerah pada segmen KPR Non Subsidi, khususnya bagi masyarakat segmen Emerging Affluent yang membutuhkan KPR dengan ticket size di atas Rp750 juta. Di samping itu, BTN juga mencatat pertumbuhan pada segmen kredit bermargin tinggi, yang tumbuh 20,1% yoy menjadi Rp15,9 triliun per September 2024.
Meskipun terjadi penurunan rata-rata tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp100 juta secara nasional, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN tetap positif. Total DPK BTN mencapai Rp370,7 triliun hingga akhir September 2024, tumbuh 14,5% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan DPK BTN terutama didorong oleh peningkatan di giro sebesar 25,9% yoy per kuartal III-2024. Dana murah berupa tabungan dan giro (CASA) menyumbang 51% terhadap total DPK BTN dan tumbuh 17,9% yoy dari September 2023.
BTN berhasil menjaga pertumbuhan kredit sesuai dengan target yang telah ditetapkan di level 10%-11% pada tahun 2024, meskipun kondisi ekonomi yang menantang. Dengan strategi yang tepat dan fokus pada segmen KPR, BTN terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi industri perbankan nasional.